03/12/09

VIRUS PENGENDALI ULAT

VIRUS PENGENDALI ULAT (VITURA/VIREXI)
AMPUH MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA ULAT DAN AMAN

Salah satu agen hayati yang berperan penting sebagai pengendali hama secara alamiah adalah Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) yang berstatus sebagai musuh alami bagi ulat grayak. Virus ini memiliki sifat menguntungkan antara lain:1. Memiliki inang spesifik, 2. Tidak mempengaruhi parasitoid dan predator, 3. Dapat mengatasi masalah resistensi akibat penggunaan insektisida serta ramah lingkungan. Bahan aktif VIREXI/VIR-X adalah patogen serangga Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus (Se-NPV) sedangkan VITURA/VIR-L berasal dari patogen serangga Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (Sl-NPV). Pestisida ini tidak mengandung bahan kimia beracun dan merupakan pengendali alternatif yang efektif membunuh hama sasaran dan tidak berdampak negatif. Virus patogen serangga dari ulat bawang S. exigua dan S. litura termasuk ke dalam famili Baculoviridae (Baculovirus). NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan melakukan replikasi atau memperbanyak diri di dalam inti sel (nukleus) inangnya.
Bio insektisida VIREXI/VIR-X dan VITURA/VIR-L secara spesifik hanya digunakan sebagai pengendali ulat grayak Spodoptera exigua dan Spodoptera litura yang menyerang tanaman bawang merah, bawang putih, bawang daun, kacang-kacangan, tembakau, tomat dan cabe. Beberapa Keunggulan dari penggunaan NPV diantaranya :
  • Efektif membunuh hama/ulat sasaran yang menyerang pada tanaman bawang merah, bawang putih, bawang daun, kacang-kacangan, tembakau, tomat dan cabe.
  • Ulat yang telah terinfeksi akan mati, kemudian dapat dijadikan pengendali hama berikutnya bagi ulat yang sehat.
  • Tidak berbahaya bagi musuh alami ulat tersebut
  • Tidak berbau dan tidak berbahaya atau beracun bagi manusia dan hewan perliharaan/ternak.
  • Dapat dicampur dengan perekat atau pupuk organik cair
  • Ramah lingkungan
  • Spesifik selektif (hanya dapat menginfeksi ulat dari spesies atau genus dimana dia diisolasi)
  • Efektif untuk hama-hama yang sudah resisten terhadap pestisida
  • Dapat dipadukan dengan teknologi pengendalian yang lainnya
Proses infeksi SeNPV dan SlNPV di mulai dari tertelannya polihedral (berisi virus) bersama makanan ulat. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis, polihedra larut sehingga membebaskan virus (virion). Selanjutnya virus menginfeksi sel-sel yang rentan. Dalam waktu 1 – 2 hari setelah polihedra tertelan, ulat yang terinfeksi akan mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Masa infeksi NPV sampai larva yang terserang mati dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur larva, suhu dan banyaknya PIB yang tertelan. Isolat virus yang lebih virulen (ganas) dapat mematikan larva dalam 2 - 5 hari, tetapi isolat yang kurang virulen membutuhkan 2 – 3 minggu untuk mematikan inangnya. Infeksi juga dapat terjadi pada larva yang baru menetas akibat telur yang terinfeksi. Hal ini karena larva yang baru menetas harus makan korion waktu membuat lubang untuk keluar. Apabila korion yang mengandung NPV masuk ke dalam tubuh larva dan menginfeksi organ-organ tubuhnya maka kematian akan terjadi 1 – 2 hari kemudian. Gejala ulat terinfeksi NPV secara morfologis terlihat, hemolimfa ulat yang semula jernih berubah keruh dan secara fisiologis ulat tampak berminyak dan perubahan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama bagian perut. Sedangkan secara perilaku, ulat cenderung merayap ke pucuk tanaman, yang kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman.
Permukaan kulit ulat akan mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap pada awal terinfeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh, tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental berbau seperti nanah yang berisi partikel virus. Ulat mati dalam waktu 3 – 7 hari setelah polihedra tertelan. Sebelum mati ulat masih dapat merusak tanaman, namun kerusakan yang diakibatkan ulat yang sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari ulat grayak sampai 84%. SeNPV diaplikasikan menggunakan alat penyemprot, sama halnya seperti yang digunakan untuk menyemprot pestisida kimia (knapsack sprayer). Sebelumnya alat semprot dibersihkan/dicuci terlebih dahulu bila sehabis dipakai untuk menyemprot pestisida kimia. Dapat pula dicampur dengan pupuk cair organik (POC). Jangan dicampur dengan pestisida kimia. Aplikasi sebaiknya ditujukan untuk mengendalikan ulat instar 1 – 3. Penyemprotan sebaiknya diarahkan ke permukaan daun bagian bawah dan dilakukan pada sore atau malam hari agar tidak langsung terkena pengaruh sinar matahari, disamping itu ulat grayak Spodoptera exigua dan Spodoptera litura memiliki sifat nocturnal yaitu mencari makan pada malam hari. Larutkan 1 sachet/bungkus VIREXI/VIR-X dalam 15 liter air (1 tangki) dan aduk sampai rata. Jangan dicampur dengan pestisida yang bersifat basa kuat. Setiap dus VIREXI/VIR-X berisi 5 sachet (@ 20 gr). Dosis yang efektif adalah 240 – 300 gr untuk lahan seluas 1 ha (setara dengan 12 – 15 sachet atau 3 dus), yang disemprotkan 1 – 2 kali seminggu untuk fase pemeliharaan atau serangan ringan. Simpan di tempat yang tidak terkena langsung sinar matahari. Dapat disimpan pada suhu kamar selama kurang lebih 4 bulan. Untuk penggunaan VIREXI/VIR-X dalam waktu yang cukup lama, sebaiknya disimpan dalam lemari es (virus akan bertahan hidup pada suhu dingin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar